Minggu, 23 Oktober 2011

Passive Infrared Sensor (Bagian 1)


Apakah yang dimaksud dengan sensor PIR?
Sensor PIR memungkinkan anda untuk mengindera suatu gerak, biasanya digunakan untuk mendeteksi apakah manusia telah berpindah kedalam atau keluar dari jangkauan sensor. PIR bentuknya kecil, murah, konsumsi daya rendah, mudah digunakan dan tahan lama. Karena alasan itulah, PIR biasanya ditemukan dalam peralatan dan gadget yang digunakan di rumah atau gedung perkantoram. PIR sering disebut  sebagai, “Passive Infrared”, “sensor piroelektrik”, atau sensor gerak IR”.

PIR pada dasarnya terbuat dari sensor piroelektrik (yang dapat anda lihat di atas sebagai logam bulat dengan dengan kristal persegi panjang di tengah), yang  dapat mendeteksi tingkat radiasi inframerah. Semua benda di sekitar kita memancarkan beberapa radiasi tingkat rendah, dan dan semakin panas benda tersebut  maka akan lebih banyak radiasi  yang dipancarkan.
Sensor dalam detektor gerak sebenarnya terbagi dalam dua bagian. Alasannya adalah agar mampu mendeteksi terhadap gerakan (perubahan) tidak  rata terhadap tingkat IR.  Jika Dua bagian sensor tersebut mendapat sinyal IR maka akan saling membatalkan. Jika yang  satu bagian menerima lebih banyak radiasi IR atau  dari bagian yang lain, maka pin keluaran akan menghasilkan pulsa 1 atau 0.
Sensor untuk keperluan “hobyist yang paling kecil” menggunakan BISS0001  (“Micro Power PIR Motion Detector IC”), tidak diragukan, sebuah chip yang sangat murah. Chip ini mengambil output dari sensor dan melakukan beberapa pengolahan kecil terhadap sinyal tersebut lalu kemudian memancarkan pulsa output digital dari sensor analog.
Untuk beberapa proyek atau produk dasar yang digunakan untuk keperluan mendeteksi apakah seseorang telah meninggalkan atau memasuki suatu area, atau telah mendekati sensor PIR tersebut,  maka sensor ini sangatlah bagus. Sensor ini memiliki daya rendah dan biaya rendah,  memiliki rentang lensa lebar, dan mudah dalam interface dengan perangkat lain. Yang perlu diingat adalah bahwa PIR tidak akan memberitahu anda berapa banyak orang yang berada di sekitar dan seberapa dekat mereka dari sensor.
Berikut adalah contoh beberapa jenis dari sensor PIR . Hampir semua sensor PIR memiliki spesifikasi yang relatif sama meskipun terdapat beberapa perbedaan. Jika sensor PIR tersebut memiliki datasheet maka anda  anda harus merujuknya.

Dasar Elektronika Untuk Pemula

Elektronika
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemui suatu alat yang mengadopsi elektronika sebagai basis teknologinya contoh ; Dirumah, kita sering melihat televisi, mendengarkan lagu melalui tape atau CD, mendengarkan radio, berkomunikasi dengan telephone. Dikantor kita menggunakan komputer, mencetak dengan printer, mengirim pesan dengan faximile, berkomunikasi dengan telephone.
Dipabrik kita memakai alat deteksi, mengoperasikan robot perakit, dan sebagainya. Bahkan dijalan raya kita bisa melihat lampu lalu-lintas, lampu penerangan jalan yang secara otomatis hidup bila malam tiba, atau papan reklame yang terlihat indah berkelap-kelip dan masih banyak contoh yang lainnya.
Dari semua uraian diatas kita dapat membuktikan bahwa pada zaman sekarang ini kita tidak akan lepas dari perangkat yang menggunakan elektronika sebagai dasar teknologinya. Alat-alat yang menggunakan dasar kerja elektronika seperti diatas biasanya disebut sebagai peralatan elektronik (electronic devices)
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/ teknik elektronika dan instrumentasi
Jika anda ingin mengetahui seluk beluk dasar elektronika, maka anda wajib mendownload ebook yang berjudul Dasar Elektronika Untuk Pemula ini. Ebook dasar elektronika ini berisi semua hal dari A sampai Z tentang dasar – dasar elektronika. Ebook ini akan membuat anda mengerti dasar – dasar elektronika, mulai dari nama dan spesifikasi peralatan..hingga bagaimana merancang dan membuat suatu alat elektronik.
Dengan mendownload dan mempelajari ebook yang berjudul Dasar Elektronika Untuk Pemula ini, maka anda tidak hanya mengerti..namun juga memahami dan familiar dengan semua hal yang berkaitan dengan elektronika. Ebook Dasar Elektronika Untuk Pemula ini merupakan ebook yang sarat akan ilmu dan pengetahuan praktis yang bisa langsung anda aplikasikan secara mudah..dan untuk mendapatkan semuanya ini..anda tidak perlu membayar karena semua ini bisa anda download secara gratis di pusatgratis.com
Sebelum download software ini, baca dulu TIPS MEMPERCEPAT DOWNLOAD DISINI
Download Link software Tersebut Disini
Download Dasar Elektronik Untuk Pemula

Bel Pintu Berlagu

Meskipun kita tidak suka menjadikan suatu kebiasaan, kembali ke rancangan lama ketika tersedia komponen baru terkadang sangat bermanfaat. Dan dalam kasus ini adalah bel pintu dengan memperkenalkan IC baru, atau kuartet IC, seri UM 3481/82/83/84.
Seperti bisa di duga, bagian pokok dari rangkaian ini termuat di dalam IC: osilator, pembagi frekuensi, ROM, penggerak, sebuah ROM dengan 512 nada musik, pembangkit nada, pembangkit irama, pembangkit timbre, modulator, pengatur run off, serta penguat depan.
Selain itu, rangkaian juga meliputi sebuah catu daya di lengkapi regulator tegangan, sebuah penguat push-pull untuk menggerakkan pengeras suara, serta sejumlah komponen yang berhubungan dengannya.
Resistor R1, R2 dan potensiometer P2, serta kondensator C2 merupakan elemen-elemen penentu frekuensi untuk osilator yang ada di dalam chip IC. Trimpot P2 adalah untuk mengatur kecepatan run-off, yaitu kecepatan lagu dimainkan. Resistor R7 dan kondensator C4 menjamin penampilan optimal dari modulator intern. Resistor R3, trimpot P1, serta kondensator C3 membentuk sebuah pengatur volume yang mengatur penguat depan pada chip IC.
Rangkaian ini dioperasikan melalui S1…S3 dan R4R6. Sakelar S2 merupakan tombol tekan biasa. Apabila Anda ingin memprogram dahulu sebuah melodi tertentu, tombol tekan tambahan harus dihubungkan sejajar dengan S2. Dengan S1 tertutup, semua melodi yang tersimpan dalam ROM akan berbunyi berurutan: ketika dibuka, hanya satu yang terpilih oleh S3 yang akan dimainkan. Melodi tertentu dipilih dengan menutup S1 serta menekan S2 terus menerus, sementara S3 ditekan berulang-ulang sampai melodi yang dikehendaki tercapai.
Sampai sekarang, empat IC dalam satu seri sudah tersedia dan perbedaannya hanya dalam melodi-melodi yang tersimpan. UM 3481 memuat 8 lagu-lagu Natal dan UM 3484 membunyikan denatng Big-ben satu sampai dua belas dalam orde naik. UM 3482 dua belas lagu di antaranya “Frere Jacques, frere Jacques”, Happy birthday to you” serta “Cradle Song”, sedangkan UM 3483 memuat melodi-melodi seperti “The last Rose of Summer”, “The Lorelei”, dan “Wedding March”,
Modifikasi IC STR-S570x / STR-S670x dengan Transistor Biasa

Saat ini, hampir seluruh perangkat elektronik menggunkan regulator switching / SMPS (Switching Mode Power Supply) untuk supply dayanya, penggunaan regulator switching memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandaing regulator linier, regulator linier memiliki tingkat efisiensi maksimum 50%, sedangkan regulator switching memiliki tingkat efisiensi 85% hingga 95%.
Selain efisiensi, keuntungan lain menggunakan regulator switching adalah faktor fleksibilitas dan kesetabilan yang tinggi, bahkan beberapa output tegangan dengan polaritas yang berbeda dan keluaran tegangan yang lebih lebih tinggi daripada masukannya dapat dihasilkan dari satu sumber tegangan saja, dan yang tak kalah mencengangkan adalah dengan ukuran yang hanya seperempat regulator linier bisa dihasilkan besar arus yang sama.
Sebuah switching regulator biasanya terdiri atas sebuah PWM control dan sebuah transistor yang difungsikan sebagai switch. PWM (Pulse Width Modulation) mengontrol berapa lama switch dalam keadaan memutus atau menyambung dimana switch ini dihubungkan dengan sebuah trafo atau induktor, perbandingan waktu sambung (TOn) dan waktu putus (TOff) switch dalam satu periode siklus menjadi penentu besarnya tegangan keluaran dan bukan tergantung pada tegangan masukannya (Vin), itu sebabnya mengapa televisi Anda tetap menyala normal meskipun tegangan PLN turun hingga 85 Volt saja. PWM biasanya bekerja pada frekuensi antara 50 Khz hingga 100 Khz dengan bentuk gelombang yang hampir persegi, dimana frekwensi dengan bentuk gelombang tersebut akan menimbulkan frekuensi harmonisa jika kurang bagus dalam peredaman, ini menjelaskan mengapa televisi cina akan tertutup gambar berkelok-kelok seperti gangguan sinyal RF jika pada tegangan 180 Volt yang mensupply RGB amplifier capasitornya kering, karena sebenarnya sinyal yang mengganggu tersebut adalah "sinyal" frekuensi dari PWM yang tidak lagi diredam oleh capasitor 10uF atau 22uF / 250 Volt, karena fungsi utama capasitor pada keluaran regulator swiching adalah sebagai filter.
Secara sederhana rangkaian dari sebuah switching regulator adalah seperti ditunjukkan gambar dibawah ini :

Tetapi disini tidak akan dibahas lebih jauh bagaimana sebuah regulator swtching berkerja atau apa saja jenis dari regulator swiching. sebuah e-book yang bagus dapat menjadi bahan bacaan Anda untuk dapat mempelajari lebih jauh mengenai regulator switching. E-book ini dapat anda download dari menu download lain-lain.
IC Switching Regulator Dengan Jalur Transistor Terpisah
Sanken™ memproduksi beberapa seri regulator switching, tetapi yang menjadi perhatian disini adalah seri dengan jalur transistor yang benar-benar terpisah dengan PWM control-nya meskipun berada dalam satu keping (chip), ini memberikan keuntungan jika kerusakan hanya terjadi pada transistor switching nya saja, maka kita dapat mengganti transistor switching internalnya dengan transistor eksternal tanpa harus mengganti secara keseluruhan dengan sebuah IC baru, dengan cara tersebut kita dapat menekan biaya reparasi yang seharusya tinggi. Karena dengan hanya menambahkan sebuah transistor regulator biasa tentu biayanya jauh lebih murah dari pada harus mengganti secara keseluruhan dengan sebuah IC baru. Selain itu kita juga dapat memilih transistor dengan parameter yang lebih tinggi sehingga menjadi lebih awet.
Tabel dibawah ini menunjukkan tipe-tipe IC switching regulator dengan transistor internal jalur terpisah berikut data Tegangan masukan (Vin) arus output (Ic) dan Daya-nya.
Tipe
V in (Volt)
Ic
Daya (W)
STR-S5703
110 - 120
6
140
STR-S5707
85 - 265
6
90
STR-S5708
85 - 265
7.5
120
STR-S6703
110 - 120
6
140
STR-S6704
110 - 120
5
100
STR-S6707
85 - 265
6
90
STR-S6708
85 - 265
7.5
120
STR-S6709
85 - 265
10
160
Mengganti Transistor Internal Dengan Transistor Eksternal
Lihat blok diagram dari IC switching regulator ini, bisa kita lihat bahwa kaki-kaki internal transistor switching-nya benar-benar terpisah jalurnya dari rangkaian lainnya meskipun berada dalam satu chip, kecuali pada kaki emitor (common) yang masih terhubung dengan rangkaian lainnya, tetapi ini tidak menjadi masalah karena kaki emitor nantinya terhubung dengan massa (ground) yang sekaligus menjadi jalur massa bagi rangkain internal (dalam hal ini rangkaian PWM control). Sehingga meskipun transistor switching-nya rusak dalam kondisi hubung singkat ketiga kakinya (EBC-nya) bukan menjadi masalah yang berarti.
Meskipun sebagian besar kasus yang kami temui bahwa kerusakan IC switching regulator tipe ini hanya terjadi pada transistor switching nya saja, namun sebaiknya Anda melakukan pengecekan terlebih dahulu apakah memang hanya transistor switching-nya saja yang rusak, karena kemungkinan rangkaian PWM nya juga mengalami kerusakan bisa saja terjadi. Secara sederhana untuk mengetahui bahwa rangkain kontrol PWM nya dalam kondisi normal adalah dengan cara melihat komponen eksternal pendukung rangkaian PWM nya apakah semuanya dalam kondisi normal, tidak ada yang terbakar, putus (open) ataupun hubung singkat (short), jika semuanya normal, hampir bisa dipastikan bahwa rangkaian PWM nya dalam kondisi normal, namun jika ditemui rangkaian eksternal pendukung rangkaian PWM nya ada yang tidak normal, misalnya ditemui dioda nya short, resistornya terbakar atau transistornya short maka upaya penggantian transistor switching internal dengan transistor switching eksternal tidak bisa dilakukan, satu-satunya jalan jika menemui situasi seperti ini adalah mengganti secara keseluruhan dengan sebuah IC Switching Regulator baru. Cara kedua yaitu dengan cara melihat adanya denyut tegangan pada keluaran PWM nya ada atau tidak,  caranya lepas hubungan pin nomor 1 dan 3 STR pada PCB, atau bisa langsung dipotong saja pin nomor 1 dan 3 pada STR tersebut, kemudian tes keluan PWM nya ( STR-57xx pada pin nomor 8, sedangkan STR-S67xx pada pin nomor 5) jika ada denyut tegangan berarti rangkaian PWM nya masih normal.
Jika sudah dapat dipastikan bahwa rangkaian PWM nya dalam kondisi normal, maka kita dapat melakukan penggantian transistor internal dengan transistor eksternal, cara penyambungan nya adalah sebagai berikut, Potong Pin nomor 1 dan 3 pada STR-S570X atau STR-S670X yang terhubung ke PCB, sedangkan pin lainnya biarkan saja, lalu ambil sebuah Transistor yang biasa digunakan untuk transistor switching regulator / SMPS dengan parameter Voltase, Arus dan Daya yang sama atau lebih tinggi dari parameter transistor switching internal STR-S570X atau STR-S670X, penggunaan transistor dengan parameter Voltase, Arus dan Daya yang lebih tinggi memungkinkan umur transistor menjadi lebih panjang. Kemudian hubungkan kaki Basis (Base ) transistor ke jalur PCB yang semula terhubung ke Pin nomor 3 IC, kaki Emitor (Common) ke Pin nomor 2 IC, dan kaki Kolektor (Collector) ke PCB yang semula terhubung ke Pin nomor 1 IC. Pasang pendingin pada transistor secukupnya dan pastikan Resistor fuse yang terhubung pada Pin nomor 2 IC tidak dalam keadaan putus (open), resistor ini biasanya bernilai antara 0.2 - 0.33 Ω / 1 - 2 Watt.
Coba Switching regulator dengan memberi tegangan listrik dan ukur semua tegangan keluarannya, jika semua tegangan dalam kondisi normal sesuai dengan tegangan referensi, maka pekerjaan modifikasi telah selesai.
JVC Gambar Gelap, OSD dan Suara Normal

TV ini datang dengan gejala : Gambar gelap tetapi OSD (On Screen Display) dan Suara Normal. Jika anda pernah mengalami, ini persis seperti kerusakan yang sering terjadi pada TV Sony Chasis BG-2S yang disebabkan resistor pada ABL terbuka.
Tetapi meskipun gejala nya terlihat sama, tetapi penyebabnya benar-benar berbeda.
Semula kami juga mengira bahwa kerusakan pasti berada pada wilayah ABL, tetapi setalah dilakukan pengukuran baik pada tegangan maupun komponen pendukungnya ternyata tidak ditemukan masalah pada wilayah ABL ini.
Kemudian kami lakukan pengukuran tegangan pada setiap pin pada IC201 (TB1226EN) dan kami bandingkan dengan tegangan referensi pada lembar data IC TB1226EN, akhirnya ditemukan bahwa pada pin No.21 (YS) terdapat lonjakan tegangan hingga 2 volt dari yang seharusnya sebesar 0.3 - 0.5 volt.
Dimana Pin No.21 dari TB1226EN ini berfungsi sebagai control switch (pencampur?) antara sinyal RGB OSD (digital) dari Micom dan sinyal RGB dari croma jungle (analog), berdasarkan manual pengoperasian nya, jika Pin No.21 ini diberi tegangan sebesar 2 volt, maka swith secara penuh tersambung ke sinyal RGB OSD, dan jika tegangannya diturunkan hingga 0 volt, maka switch sepenuhnya tersambung ke sinyal RGB dari croma.
Sehingga saat Pin No.21 kami hubung-singkat ke ground (di-nol kan), maka gambar tampak tetapi OSD meghilang, sebaliknya saat hubung-singkat ke ground kami lepas, OSD kembali tampak tetapi gambar kembali gelap.
Selanjutnya kami melakukan penelusuran untuk menemukan apa penyebab dari tegangan Pin No.21 TB1226EN naik hingga 2 volt dari yang seharusnya 0.3 - 0.5 volt, dan kami temukan bahwa pin control dari IC Micom dengan nomor M37212M8-050SP lah penyebabnya, karena pin ini (pin No.49) mengeluarkan tegangan hingga 6 volt dari yang seharusnya 0.3 - 0.5 volt, sehingga kami berkesimpulan bahwa IC Micom mengalami kerusakan.
Tetapi, sebelum kami memutuskan untuk benar-benar mengganti IC Micom nya, kami coba untuk memeriksa setiap item dari menu service nya barangkali terdapat setting parameter nya yang salah, dan seperti biasanya sebelum kami mengubah nya, kami lakukan backup data eeprom nya terlebih untuk berjaga-jaga jika terjadi kesalahan sehingga mudah untuk mengembalikan pada kondisi semula, dan juga untuk keperluan berbagi data eeprom barang kali rekan-rekan teknisi member beteve.com ada yang membutuhkannya.
Setelah data eepromnya selesai kami backup, kemudian kami membuka menu service nya, dimana TV ini mengunakan JVC Kode Key-1 untuk membukanya, yaitu dengan cara menekan dan menahan tombol DISPLAY pada remote diikuti menekan tombol PICTURE MODE pada remote juga, tetapi alangkah terkejutnya kami, ternyata saat kami menekan tombol DISPLAY, gambar langsung muncul secara normal.
Untuk memastikan apakah benar karena kami menekan tombol DISPLAY kemudian TV menjadi normal atau kah karena sebab lainnya, kami coba menulis ulang (rewrite) data eeprom yang telah kami backup sebelumnya dan memasangkan kembali ke chasis, dan ternyata dengan data hasil backup-an sebelumnya TV kembali ke kondisi semula, yaitu gambar gelap tetapi OSD dan suara nya normal, kemudian saat kami menekan tombol DISPLAY, gambar langsung muncul dengan normal.
Kami kemudian membandingkan data dari eeprom saat kondisi gambar gelap dan saat kondisi normal, dan diketahui bahwa terdapat perbedaan data pada offset 00h dimana dalam kondisi normal offset 00h berisi data 21h, tetapi saat kondisi gambar gelap, offset 00h terisi data 31h.


Sehingga kesimpulanya adalah kerusakan dengan gejala gambar gelap tetapi OSD dan suara normal pada JVC model AV-K14T2 ini ( dan tentunya juga berlaku untuk model lain berdasarkan chasis yang sama ) disebabkan oleh data eeprom yang mengalami cacat, dan bukan disebabkan oleh IC Micom, IC Croma atau ABL bermasalah, suatu kebetulan yang tidak terduga.
File eeprom dan Skematik Televisi ini tersedia pada menu download
Apa penyebab Transistor Horisontal Mati Seketika

Sebagian besar para teknisi tentu pernah mengalami hal seperti ini, dimana ketika menemukan transistor HOT (horisontal output transistor) yang rusak, dan kemudian menggantinya dengan yang baru, namun ketika dicoba hidupkan maka transistor tersebut beberapa saat mengalami kerusakan kembali.
Mengapa hal ini bisa terjadi ?, berikut ini hal-hal yang menyebabkan transistor HOT mengalamai kerusakan seketika :
1. Kapasitor Resonan
capasitor resonanKapasitor resonan atau yang biasa disebut  capasitor safety / kapasitor damper yang terdapat pada kolektor transistor HOT dipasang guna meredam tegangan kejut yang dihasilkan oleh trafo flyback dengan cara meyerap tegangan tersebut untuk mengisi kapasitor, kapasitor ini umumnya mempunyai tegangan kerja 1,6 KV, jika kapasitor ini rusak, short, kapasitansinya menurun atau solderanya kendor, maka tidak ada lagi yang menyerap tegangan kejut tersebut sehingga meyebabkan transistor HOT rusak seketika.
Bagaimana hal ini bisa terjadi ?, mari kita lakukan percobaan berikut ini agar didapat gambaran yang lebih jelas :
- Siapkan trafo power supply yang biasa dipakai untuk amplifier atau radio/tape/DVD compo yang masih bagus. Kalau bisa cari trafo merk import bukan trafo lokal
- Ambil AVO-meter dan set pada posisi X1
- Pegang probe merah dan hitam pada bagian logam-kontaknya / ujung colokannya (bukan dipegang pada plastiknya), ujung colokan merah dipegang dengan tangan kiri sementara ujung colokan hitam dipegang dengan tangan kanan.
- Tempel sebentar kedua probe tersebut pada terminal ac input 220v trafo dan kemudian lepaskan dengan jari tetap menempel pada ujung logam probe AVO-meter.
- Pada saat melepaskan kontak probe, maka akan dapat dirasakan adanya kejutan atau sengatan listrik yang kecil.
Dari mana asalnya tegangan kejutan ini ?, padahal kita tahu bahwa AVO-meter hanya menggunakan tegangan baterai 3 volt saja.
Pada semua induktor (kumparan) yang dilalui arus DC kemudian diputus, maka arus dengan tiba-tiba akan menghilang. Arus yang menghilang dengan tiba-tiba dengan waktu yang sangat singkat ini akan membangkitkan tegangan kejut yang waktunya sangat pendek yang dinamakan tegangan “induksi diri” (self induction)  pada kumparan itu sendiri. Tegangan induksi diri ini besarnya dapat beberapa puluh kali lipat tegangan DC asalnya. Tegangan induksi diri inilah yang menyebabkan adanya kejutan saat kita mengukur trafo power supply tersebut.

Demikian juga yang terjadi pada kumparan primer trafo flyback. Trafo ini dilalui arus yang berbentuk pulsa-pulsa on-off secara berulang dengan frekwensi tinggi yang dapat menghasilkan tegangan kejut hingga puluhan ribu volt.
Kapasitor resonan digunakan untuk "meredam" tegangan kejut yang tinggi ini dengan cara menyerap tegangan tersebut untuk mengisi kapasitor.
Oleh karena itu jika kapasitor resonan sampai lepas solderannya atau nilai kapasitansinya turun, maka tegangan induksi diri dari trafo flyback tersebut tidak ada yang meredam. Tegangan kejut puluhan ribu volt akan diterima oleh kolektor transistor HOT sehingga menyebabkan transistor mati seketika karena tidak tahan.

Jika kapasitor resonan rusak, tetapi transistor HOT masih tahan bekerja hingga beberapa puluh detik saja, maka dapat menyebabkan :
  • Tegangan keluaran dari flyback, seperti heater, screen, tegangan anoda (HV) dll akan naik.
  • Jika pesawat dilengkapi dengan X-ray protector maka protector akan aktif bekerja
  • Raster sedikit menyempit kiri-kanan
  • Terjadi loncatan internal tegangan tinggi didalam flyback yang dapat merusak flyback itu sendiri, atau merusak kapasitor tegangan tinggi internal yang ada didalam flyback.
  • Ada kemungkinan merusak tabung gambar (timbul loncatan api didalamnya).
Pada kondisi normal, saat transistor HOT bekerja, terdapat 2 macam tegangan yang diterima oleh kolektor transistor HOT.
  1. Tegangan DC B+
  2. Tegangan berbentuk pulsa-pulsa yang besarnya kurang lebih 10x tegangan B+. Oleh karena itu transistor HOT minimal harus tahan bekerja pada tegangan 1500v.
Jika nilai kapasitor resonan nilainya diperbesar (ditambah dengan cara diparalel misalnya), maka akan mengakibatkan :
  • Tegangan tinggi anoda drop
  • Kecepatan sinar elektron dari katode ke arah anoda (layar) menurun, sehingga menyebabkan kecerahan gambar juga menurun.
  • Sinar elektron jadi lebih mudah untuk dibelokkan oleh kumparan defleksi (yoke) sehingga raster akan mengembang lebih lebar baik vertikal maupun horisontal.
2. Flyback short pada kumparan primernya
Lamp TestPada kondisi normal, saat transistor HOT pada kondisi “on” maka arus yang melalui transistor besarnya akan dibatasi oleh "reaktansi induktif"  kumparan primer flyback. Jika kumparan primer flyback short, maka tidak ada lagi yang membatasi arus ini, sehingga transistor HOT dapat mati seketika.
Keruskan flyback pada bagian sekunder atau kerusakan pada kumparan defleksi (yoke) horisontal juga dapat menyebablan transistor HOT rusak, tetapi umumnya tidak meyebabkan mati seketika.

Bagaimana mencegah kerusakan transistor HOT mati seketika berulang ?, sebelum mengganti transistor HOT, maka lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
- Periksa solderan dan nilai kapasitansi kapasitor resonan. Apakah Multi-meter yang anda miliki dapat untuk memeriksa kapasitor?
- Periksa apakah kumparan primer trafo flyback tidak short. pemeriksaan kumparan primer trafo flyback dapat digunakan ESR-meter, sehingga tidak perlu repot melepasnya. Dalam kondisi normal, maka jarum ESR-meter tidak bergerak.
- Periksa apakah kumparan defleksi (yoke) bagian horisontal tidak short. Periksa dengan ESR meter seperti memeriksa trafo flyback sehingga tidak perlu repot melepasnya.
Cara lain melakukan pemeriksaan jika tidak memiliki ESR-meter atau Kapasitansi-meter:
  • Sediakan bola lampu 100w dan beri sambungan kabel kurang lebih 2x20cm.
  • Putus jalur hubungan antara pin-flyback dengan kolektor transistor HOT.
  • Pasang transistor HOT yang baru.
  • Pasang lampu antara flyback dengan kolektor.
  • Hidupkan pesawat. Lampu akan menyala. Periksa apakah tegangan screen keluar (atur VR screen maksimal)
  • Jika tidak ada tegangan screen berarti sirkit ada masalah, misalnya flyback rusak.
  • Jika tegangan screen tinggi (200v lebih), kemungkinan kapasitor resonan rusak
  • Jika tegangan screen sekitar 150v atau kurang, kemungkinan tidak ada masalah. Berarti aman untuk memasang transistor HOT.

Kode Warna Resistor

Bagaimana lagi ya, warna-warna resistor itu? Nah begini...




           
-(||||||)-
 
Resistor Ω
Toleransi ± %
Koefisiensi suhu ppm/°C
 
Jajaran
 
Resistor yang terdekat adalah ... Ω
... Ω dihubungkan secara dengan ... Ω memberikan ... Ω
... Ω dihubungkan secara dengan ... Ω memberikan ... Ω




"Harapan Cewek Matre: Ogah Kerja, Hanya Butuh Valuta Asing Pacarnya!"

Blok TV

Blok TV

System televisi berwarna menggunakan tiga sinyal untuk bekerja secara sempurna, tiga sinyal tersebut adalah :
  • Sinyal pembawa suara (FM)
  • Sinyal pembawa gambar (AM)
  • Sinyal luminan (gelap-terang), sinkronisasi dan sinyal krominan (pembawa warna)
Secara umum sinyal-sinyal tersebut dikenal sebagai Sinyal Audio, Sinyal Video Luminan (gelap-terang) dan sinyal Video Krominan (warna), dan berkat ketiga sinyal tersebut memungkinkan kita dapat melihat gambar berwarna dan mendengar suara.
Ketiga sinyal tersebut diproses oleh rangkaian yang berbeda, dimana masing-masing rangkaian dikelompokkan berdasarkan fungsinya, namun saat ini kebanyakan televisi sudah menggunakan rangkaian-rangkaian yang di kemas dalam sebuah IC / Chip tunggal sehingga hampir tidak dapat di identifikasi lagi mana bagian-bagianya kecuali kita memiliki skematik televisi bersangkutan atau lembar data dari Chip / IC yang digunakan.
Selain memproses ketiga sinyal diatas, pesawat televisi juga memiliki rangkaian-rangkaian defleksi vetikal dan horisontal yang berguna untuk menghasilkan raster pada tabung gambar, dan - meskipun bukan bagian utama dari sebuah pesawat penerima televisi - blok rangkaian kontrol beserta remote-controlnya juga termasuk rangkaian sangat penting pada televisi generasi sekarang.
Disini (secara bertahap) dibahas masing-masing fungsi dari blok-blok pesawat televisi berwarna dimana setiap blok akan dibahas secara mendalam dan detail, selain itu di ahir pembahasan setiap blok akan di tunjukkan gejala yang timbul jika pada blok yang bersangkutan terjadi kerusakan sehingga akan memudahkan dalam proses perbaikan.
Dibawah ini ditunjukkan diagram blok dari pesawat penerima televisi PAL. Untuk menuju ke pembahasan selanjutnya anda bisa meng-klik tepat diatas gambar setiap-bloknya atau gunakan menu disamping atau link dibawah gambar.
 


Tuner
Penguat RF, Mixer, Osilator Lokal
Rangkaian Suara
Detektor 5.5Mhz, Penguat IF Suara, Detektor FM, Penguat Suara
Rangkaian Gambar
Penguat IF Gambar, Detektor Video, AFT, AGC, Penguat Video, Delay Line
Rangkaian Reproduksi Warna
Penguat Band-Pass, Elemen tunda 1H, Rangkaian Penambah-Pengurang, Rangkaian switching fasa 180, Penguat burs, Oscillator 4.43Mhz, Penguat U-V, Demodulator
Rangkaian Sinkronisasi
Pemisah Pulsa Sinkronisasi, Rangkaian pulsa vertikal, Rangkaian Pulsa Horisontal, Yoke Defleksi
Flyback Transformer
Travo Flyback
Tabung CRT
Tipe Delta, Tipe In-Line, Tipe In-Line Trinitron
Rangkaian Power Supply
Penyearah, Regulator

Tuner

Tuner, atau Penala berfungsi untuk memilih kanal / stasiun dengan cara merubah gelombang radio yang diterima antena menjadi signal IF (Intermediate Frequency). Didalam Tuner terdapat 3 rangkaian utama, yaitu : (1) Penguat frekuensi tinggi / Penguat RF (RF Amplifier), (2) Pencampur (Mixer) dan (3) Osilator lokal (Local Oscillator).
Penguat Frekuensi Radio (Penguat RF)
Penguat frekuensi tinggi, seperti namanya, berguna untuk menguatkan sinyal frekuensi radio yang diterima oleh antena. Penguat RF ini harus memiliki karakteristik penguatan yang merata pada seluruh bidang frekuensi dan memiliki perbedaan penguatan antar kanal yang sekecil mungkin. Karena rasio S/N (perbandingan sinyal terhadap noise) ditentukan oleh penguat RF ini, maka penguat RF harus memiliki penguatan (gain) yang cukup besar, tetapi juga harus tetap menghasilkan distorsi yang kecil jika ternyata gelombang yang diterima sudah cukup besar, untuk itulah maka ditambahkan rangkaian kontrol penguatan otomatis (AGC / Automatic Gain Control) yang diumpan-balik kan pada rangkaian RF ini.
Pencampur (Mixer)
Fungsi mixer adalah mencampur gelombang radio yang diterima antena yang telah dikuatkan oleh Penguat RF dengan keluaran osilator lokal sehingga diperoleh signal IF (intermediate frequency) yang merupakan selisih dari kedua frekuensi yang dicampur tersebut. Frekuensi pembawa sinyal yang dikeluarkan rangkaian mixer ini adalah dibuat tetap sebesar 38,9 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa gambar yang didalamnya juga terdapat sinyal singkronisasi dan frekuensi sebesar 33,4 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa suara.
Osilator Lokal (Local Oscillator)
Fungsi osilator lokal adalah membangkitkan frekuensi yang nantinya dicampur dengan frekuensi yang diterima antena sehingga didapat frekuensi IF, frekuensi osilator lokal dapat diubah-ubah sesuai dengan kanal / saluran yang dipilih.Osilator lokal harus sangat stabil, karena jika osilator lokal mudah tergeser maka gambar dan suara tidak dapat direproduksi dengan sempurna. Untuk mendapatkan ke-stabilan ini maka ditambahkan rangkaian kontrol AFT (Automatic Frequency Tuning) atau AFC (Automatic Frequency Control) yang berguna untuk mendeteksi penggeseran frekuensi pembawa sinya IF gambar yang kemudian di umpan-balikkan ke osilator lokal, sehingga osilator lokal di-stabilkan oleh tegangan umpan-balik tersebut (tegangan AFT / AFC)
Kaki-kaki Pada Tuner (Pin-pin pada tuner)
Pada beberapa type, tuner memiliki kaki lebih dari 15 pin, namun beberapa yang lain hanya memiliki 5 pin saja, banyak sedikitnya pin tergantung seberapa komplek rangkaian pada tuner tersebut, karena ada beberapa tuner yang sudah digabungkan dengan penguat IF nya dalam satu blok, sehingga kaki-kaki dari tuner tersebut menjadi banyak. Secara umum tuner memiliki kaki dengan fungsi IF, B+, AGC, AFT, VT dan pemilih BAND. Berdasarkan fungsi kaki ini, khususnya kaki-kaki pengontrol pemilih Band dan tegangan tuning (tala) tuner dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu : (1) Tuner Analog, (2) Tuner Semi Digital, dan (3) Tuner Digital. Perbedaan mendasar dari tuner dengan sistem pengontrolan analog terhadap tuner dengan sistem pengontrolan digital adalah : Pada tuner dengan sistem pengontrolan digital, fungsi VT dan pemilih BAND di proses didalam tuner sehingga pin VT, VL, VH, dan VU yang ada pada tuner analog digantikan dengan pin SCL, SDA dan tegangan supply 33 Volt, Sedangkan untuk tuner dengan sistem pengontrolan semi digital, hanya pin pemilihan Band saja diproses didalam tuner, sehingga pin yang semula VL, VH, dan VU digantikan dengan pin B1 dan B2.
Tabel Fungsi Pin / Kaki Pada Tuner
Dibawah ini adalah tabel fungsi kaki (pin) pada tuner dengan sistem pengontrol Analog
Nama Kaki
Nama lain
Fungsi
Keterangan
IF   Keluaran IF  
BM B+ Tegangan Vcc tuner 5, 9 atau 12 Volt tergantung type-nya
AFC AFT Masukan tegangan pengontrol frekuensi otomatis, berguna menjaga kestabilan frekuensi Tegangan berubah saat frekuensi tergeser
BL VHL, VL Memilih BAND VHF Low (48 - 82 Mhz) atau Kanal 2 - 6 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif
BH VH Memilih BAND VHF High (175 - 224 Mhz) atau Kanal 7 - 13 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif
BU VU Memilih BAND UHF High (471 - 855 Mhz) atau Kanal 14 - 83 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif
AGC   Masukan tegangan pengontrol penguatan otomatis (AGC) Saat signal lemah, tegangan naik, saat signal kuat tegangan turun
BT VT Masukan tegangan pengontrol frekuensi tuning (Voltage Tuning) 0 - 33 Volt
Dibawah ini adalah tabel fungsi kaki (pin) pada tuner dengan sistem pengontrol Semi Digital
Nama Kaki
Nama lain
Fungsi
Keterangan
IF   Keluaran IF  
BM B+ Tegangan Vcc tuner 5, 9 atau 12 Volt tergantung type-nya
AFC AFT Masukan tegangan pengontrol frekuensi otomatis, berguna menjaga kestabilan frekuensi Tegangan berubah saat frekuensi tergeser
B1 V1 Memilih BAND VHF Low, VHF High, UHF 0 VHF Low 1 VHF High 1 UHF
B2 V2 Memilih BAND VHF Low, VHF High, UHF 1 0 1
AGC   Masukan tegangan pengontrol penguatan otomatis (AGC) Saat signal lemah, tegangan naik, saat signal kuat tegangan turun
BT VT Masukan tegangan pengontrol frekuensi tuning (Voltage Tuning) 0 - 33 Volt
* 0 = 0 Volt, 1 = Setara tegangan Vcc
Dibawah ini adalah tabel fungsi kaki (pin) pada tuner dengan sistem pengontrol Digital
Nama Kaki
Nama lain
Fungsi
Keterangan
IF   Keluaran IF  
BM B+ Tegangan Vcc tuner 5, 9 atau 12 Volt tergantung type nya
AFC AFT Masukan tegangan pengontrol frekuensi otomatis, berguna menjaga kestabilan frekuensi Tegangan berubah saat frekuensi tergeser
SCL   Serial Clock 5 Volt
SDA   Serial Data 5 Volt
AGC   Masukan tegangan pengontrol penguatan otomatis (Automatic Gain Control) Saat signal lemah, tegangan naik, saat signal kuat tegangan turun
BT VT Suplay tegangan frekuensi tuning 33 Volt
Dibawah ini adalah tabel susunan kaki Tuner yang ada dipasaran

Type / Model
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2-3-1
AGC
BT
 
B2
B1
BM
 
 
 
 
IF
6-1
AGC
BT
BU
BH
BL
BM
 
 
 
 
IF
JCH5912EV-B
AGC
BT
BU
BH
BL
BM
AFC
 
 
 
IF
JCH5912EV-B
AGC
BT
NC
B2
B1
BM
AFC
GND
NC
GND
IF
7-1, 113-118
BU
BT
BH
AGC
BL
AFC
BM
 
IF
 
 
FSDA05T-3
AGC
AS
SCL
SDA
NC
BP
BT
NC
NC
NC
IF

Beberapa Model / Type Tuner yang sering digunakan Televisi
113-118, 113-198A, 113-198C , 113-202 , 113-202A , 113-202B , 113-202C , 113-202K , 113-202N , 113-202P , 113-202T , 113-241 , 113-241A , 113-241C , 113-244Z , 115-V-0125AQ , 1-464-756-11 , 1-464-756-21 , 1-465-371-11 , 1-465-371-12 , 1AV4F1BAM0010 , 1AV4F1BAM0140 , 1AV4F1BAM0160 , 1AV4F1BAM0161 , 1AV4F1BAM0190 , 1AV4F1BAM0210 , 1AV4F1BAM0211 , 1AV4F1BAM0213 , 1AV4F1BAM0242 , 1AV4F1BAM0243 , 1AV4F1BAM0244 , 1AV4F1BAM0246 , 1AV4F1BAM0270 , 1AV4F1BAM0280 , 6700PFPL05A , 6700VNF004E , 6700VNF004H , 6700VNF009V , 6700VNF010B , 6700VNF010C , 6700VNF010D , 6700VPF003B , 6700VPF003D , 6700VPF005D , 6700VPF009D , 6700VPF009L , 6700VPF009V , 6700VPF009Z , 6700VPV002A , 6700VPV002A , 8-598-039-01 , 8-598-039-02 , 8-598-047-00 , 8-598-047-01 , 8-598-047-20 , 8-598-047-40 , 8-598-047-41 , 8-598-254-00 , 8-598-254-10 , 8-598-254-20 , 8-598-254-50 , 8-598-269-00 , 8-598-339-00 , 8-598-339-00 , 8-598-339-10 , 8-598-339-10 , 8-598-339-20 , 8-598-339-20 , 8-598-339-30 , 8-598-339-30 , 8-598-340-00 , 8-598-340-10 , 8-598-340-20 , 8-598-341-00 , 8-598-426-00 , BTF-WA401 , CHR7C707B , DCF8719 , DCF8724 , DT5-BF18D , DT5-NF20D , DT5-NF20F , DT9-NF07D , DT9-NF10D , DT9-NF10F , DT9-NF20D , EC926X2 , EC931X3 , EL463 , EL811 , EL811LX1 , EL813 , EL921 , EL921L2 , ELA11L1 , ENV56878G2 , ENV56897G3 , ENV-568B2G3 , ENV568D4G3 , ENV568D4G3 , ENV568H3G3 , ENV568L1G3 , ENV568L1G3 , ENV568N0G3 , ENV56D01G3 , ENV56D02G3 , ENV56D15G3 , ENV56D18G3 , ENV56D20G3 , ENV56D35G3 , ENV56D44G3 , ENV56D71G3 , ENV59D06G3 , ENV59D36F2 , ENV59D58G3 , ENV59D58G3 , ENV59D68F1 , ENV59D82G3 , ENV59D99G3 , ENV59DL4G3 , ET-3D1-EW , EWT-5V3K2-E01W , FI1216 , FI1246 , FI1256 , KS-H-104EA , LED PLUG , MTM-4045 , MTP-MM-4015 , QAU0168-002 , SKW-142 , SKW-151 , ST5HD84 , ST5HD970 , ST5HZ64 , ST5UF51 , ST5UF770 , ST5UF78S , ST5UF83A , ST5UZ68 , ST6HD64 , ST6UF66 , ST6UF78 , TCMU30111PTT , TCPN4782PA16A , TDF-3M3S , TDQ-38 , TDQ-3-CATV , TECC0949PG35A , TECC0949PL35A , TECC0949VG28A , TECC0949VG28A , TECC0949VG28B , TECC0949VG29A , TECC0949VG29B , TECC0949VG33A , TECC0949VG33B , TECC0985VD28A , TECC1040PG26B , TECC1040PG26B , TECC1040PG26C , TECC1040PG26E , TECC1040PG30M , TECC1040PG31A , TECC1040PG32A , TECC1040PG32T , TECC1040PG36A , TECC1070PG21B , TECC1070PG26A , TECC1070PG26B , TECC1070PG31A , TECC1070PG32A , TECC1070PK22A , TECC1080PK21B , TECC1080PK25A , TECC1080PK25B , TECC1880PA08A , TECC1880PA08C , TECC1880PA08C , TECC1880PA09A , TECC1880PA09C , TECC1880PA21A , TECC1880PA21B , TECC1880PA21D , TECC1880PA21K , TECC1880PK21B , TECC1880PK25A , TECC1880PK25B , TECC1880PK25D , TECC1970PG26A , TECC1980PA21A , TECC1980PK25A , TECC1980PK25D , TECC1980VA15A , TECC2949PG28A , TECC2949PG28B , TECC2949VG28A , TECC2989VA14B , TECC2989VA15A , TECC2989VA15B , TECC2989VA24A , TECC2989VD28A , TECC2989VD28B , TELH9-226C , TELH9-313A , TELH9-930A , TEMIC 3400 , TEMIC 3402 , TEMIC 5000 , TEMIC 5002PH5 , TU8NSM01F , TUNER 2900 , TUNER EC411 , TUP1105 , TUSH8-C90B , TUSH8-C90E , TUSH8C90F , TUSH8-C90H , TVCH-3103B , TVSH6UZFF , UV1315 , UV1316 , UV1355 , UV915 , UV916 , UV917 , VTSA7UK50 , VTSH6JF65 , VTSH6UF65 , VTSH6UF78 , VTSH6UZ60 , VTSH6UZ61-P , VTSH6UZ62P , VTSH6UZ64 , VTSH6UZ78 , VTSH6UZFC , VTSH7UF56 , VTSH7USZFD , VTSH7USZFD1 , VTSH7UZ50 , VTSH7UZ50 , VTSH7UZ51 , VTSH7UZ59 , VTSH7UZ64 , VTSH7UZ64 , VTSH7UZ68 , VTSH7UZ73 , VTSH7UZFD1 , VTSR7UD52 , VTSR7UF56 , VTSR7UF67A , VTSR7UZ50 , VTSS6USEFH , VTSS6USZF , VTSS6USZF , VTSS6USZF7 , VTSS6USZFE , VTSS7USZF1 , VTSS7USZFC , VTSS7UZF1, Dll
Kesalahan yang sering ditemui pada Tuner
Dibawah ini adalah gejala yang sering ditemui pada televisi yang dapat menunjukkan bahwa tuner kemungkinan dalam kondisi rusak, tetapi gejala-gejala tersebut harus dibarengi dengan proses pengukuran tegangan masukan pada kaki-kaki tuner dan sinyal masukan dari antena. Jika hasil pengukuran tegangan masukan dan sinyal masukan dari antena dalam kondisi normal, tetapi tetap muncul gejala-gejala seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini, maka blok tuner bisa dipastikan dalam kondisi rusak.
Gejala
Hasil Pengukuran
Kemungkinan Kerusakan pada
Penerimaan sinyal lemah (noise) Tegangan AGC normal, Sinyal antena kuat Penguat RF
Tidak dapat menerima siaran sama sekali Tegangan VT, AGC, pemilih band normal Penguat RF, Mixer, Osilator lokal
Tidak dapat menerima siaran pada salah satu band Tegangan pemilih band normal Osilator lokal
Frekuensi bergeser Tegangan VT normal, AFT normal Osilator lokal
Sebelum melakukan penggantian blok tuner, coba lakukan penyolderan ulang pada setiap solderan komponen dalam tuner yang kemungkinan solderannya terjadi keretakan setelah lama digunakan, sebab sering kali tuner kembali normal setelah dilakukan penyolderan ulang, solderan yang mengalami keretakan disebabkan oleh suhu dalam tuner yang meningkat saat tuner bekerja, suhu yang tinggi tersebut menyebabkan timah solder meleleh, sehingga solderannya menjadi retak.